Makalah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan
APLIKASI SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFI) DALAM BIDANG
PERIKANAN DAN KELAUTAN
Dosen Mata Kuliah
Ir. Rusdi Leidonald, M.Sc
Zulham Apandy, S.Kel, M.Si
Oleh:
JOSEPHIN
S.S.PANJAITAN
110302055
MATA KULIAH SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistem Informasi Geografis yang terdiri dari
perangkat lunak, perangkat keras, maupun aplikasi-aplikasinya, telah dikenal
secara luas sebagai alat bantu (proses) pengambilan keputusan. Sebagian besar
institusi pemerintah, swasta, akademis maupun non akademis juga individu yang
memerlukan informasi yang berbasiskan data spasial telah mengenal dan
menggunakan sistem ini. Perkembangan ini diikuti oleh membanjirnya produk
teknologi SIG di pasar-pasar Indonesia, demikian cepat arus datangnya
produk-produk teknologi sistem informasi yang multi-disiplin ini sudah
sepatutnya juga diikuti pula dengan kemampuan dalam memahami pengertian sistem,
data dan informasi, sistem informasi, sistem informasi geografis agar bisa
mengimbangi kecepatan perkembangan teknologinya (Aini, 2008).
Sistem
Informasi Geografis (SIG)
adalah system yang dapat mendukung
pengambilan keputusan spasial
dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi
lokasi dengan karakteristik-karakteristik
fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut. SIG
yang lengkap mencakup metodologi
dan teknologi yang diperlukan,
yaitu data sapsial, perangkat
keras, perangkat lunak dan struktur
organisasi (Prahasta, 2002).
Salah
satu upaya yang telah ditempuh pemerintah
dalam menghindari terjadinya konflik
pemanfaatan adalah dengan mengendalikan
perkembangan kegiatan penangkapan ikan melalui penerapan
zonasi Jalur Penangkapan Ikan di laut,
berdasarkan Kepmentan No.
392 tahun 1999 yang isinya antara
lain mengatur pembagian daerah penangkapan
ikan dan penentuan jenis, ukuran kapal,
dan alat penangkapan ikan yang dilarang
dan diperbolehkan penggunaannya. Zonasi
merupakan suatu bentuk rekayasa teknik
pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas
fungsional sesuai dengan potensi sumber
daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir (Supriharyono, 2000).
Perencanaan kota merupakan sesuatu yang tidak
sederhana, karena di dalamnya akan menyangkut berbagai kepentingan yang
bertujuan untuk memperlancar kehidupan kota. Perencanaan tersebut memerlukan
suatu analisis yang cukup tepat baik dari segi teknis maupun social yang
menyangkut hidup orang banyak. Sistem Jaringan Drainase perkotaan dapat juga
memanfaatkan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini, salah satu
sistem informasi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical
Information System (GIS) yaitu suatu sistem informasi yang didesain
untuk bekerja dengan data yang berrefensi pada spatial atau koordinat
geografis. (Rachmawati, 2010).
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih
mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung
berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus
pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa
air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar
yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies
ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya (Sandra,
2003).
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
· Untuk mengetahui aplikasi
SIG dalam bidang perikanan dan kelautan.
· Untuk mengetahui manfaat
SIG dalam bidang perikanan dan kelautan.
· Untuk mengetahui cara
penggunaan program SIG dalam bidang perikanan dan kelautan.
Manfaat
Penulisan Makalah
Manfaat penulisan makalah ini adalah
pembaca dapat mengetahui salah satu alternatif yang menawarkan solusi
terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja)
kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang
mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara
berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perangkat
lunak ArcView sudah tidak
dikembangkan lagi oleh ESRI dan untuk selanjutnya digantikan oleh ArcGIS
sebagai penerusnya. Namun masih banyak praktisi Sistem Informasi Geografis yang masih menggunakan ArcView ,salah satunya adalah ArcView
3.3, sebagai perangkat lunak utama dalam pekerjaan spasialnya. Kendala muncul
seiring dengan perkembangan sistem operasi Windows yang telah sampai pada Windows 7. Banyak orang mulai beralih
menggunakan Windows 7 sebagai
sistem operasi utama pada perangkat komputernya. Kendala pada metode instalasi ArcView GIS versi 3.3 di
Windows 7 ini adalah tidak tersedianya start menu yang memudahkan
menjalankan aplikasi. Namun dapat diatasi dengan melakukan proses instalasi
ulang dengan cara biasa. Sehingga file instalasi akan menimpa file hasil copyan (Syofyan, 2005).
Sistem Jaringan Drainase perkotaan dapat juga memanfaatkan
teknologi informasi
yang sedang berkembang saat
ini,
salah satu sistem informasi tersebut
adalah
Sistem Informasi Geografis (SIG)
atau
Geographical Information System (GIS)
yaitu suatu sistem informasi yang
didesain
untuk bekerja dengan data yang
berrefensi
pada spatial atau koordinat
geografis.
Perubahan penggunaan dan
penutupan
lahan, yang merupakan fungsi
ruang
dan waktu, serta penyebab
terjadinya
banjir ini dapat dipresentasikan
lebih
baik dalam data digital yang
berstruktur
data Sistem Informasi Geografis. Untuk keperluan
rencana system drainase, data hidrologi yang sangat diperlukan adalah data
curah hujan dari stasiun pengamatan hujan daerah kajian. Data ini harus
dikumpulkan dengan jangka waktu cukup panjang yang diambil dari beberapa
stasiun penakar hujan di daerah kajian studi. Dengan data pengamatan pada
masing–masing stasiun penakar hujan tersebut diambil curah hujan rerata
masing–masing daerah. Dalam perhitungan curah hujan rancangan maksimum
digunakan analisis frekuensi yang sesuai dengan data–data yang diperoleh. Untuk
mengetahui kebenar-an dari analisis frekuensi yang digunakan, maka diperlukan
uji kecocokan distribusi frekuensi (Rachmawati, 2010).
Terdapat
dua jenis data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat digunakan
untuk mempresentasikan atau memodelkan fenomena yang terdapat didunia nyata,
yaitu :
1. Data Spasial yaitu Jenis data yang
mempresentasikan aspek-aspek keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Jenis
data ini sering disebut sebagai data-data posisi, koordinat, ruang.
2. Data Atribut atau
data non spasial yaitu jenis data yang mempresentasikan aspek-aspek deskriptif
dari fenomena yang dimodelkan. Aspek deskriptif ini mencakup item-item atau
properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi waktunya.
Kombinasi
yang tepat diantara ke-4 komponen tersebut akan menentukan kesuksesan suatu
proyek SIG. Sumber data untuk SIG bisa berasal dari data citra, data lapangan,
survey, peta dan GPS. Dengan menggunakan software tertentu (ArcView,
ArcInfo, MapInfo, dst) .Titik, garis, atau polygon tersebut disebut bentuk
dasar obyek (Sari,
2002).
Sistem Informasi Geografi adalah system berbasis
computer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi
geografis. Sistem informasi geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan
serta menganalisis objek-objek serta fenomena-fenomena yang mengetengahkan
lokasi geografis sebagai karakteristik yang penting atau krisis untuk di
analisis. Dengan demikian system informasi geografis merupakan system computer
yang memiliki empat kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografis ,
yaitu: masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan dan pengambilan data),
serta analisis dan manipulasi data (Sandra, 2003).
Suatu system adalah suatujaringan
kerja dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.Sistem
itu sendiri memiliki karakteristik atau beberapa sifat tertentu, yaitu
mempunyai komponen, batas system, lingkungan luar system, penghubung, masukan,
keluaran, pengolah, dan sasaran suatu tujuan. Data adalah presentasi dunia
nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep,
keadaan, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi
atau kombinasinya (Rachman, 2008).
GIS (Geographic
Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang
bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat
disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan
penduduk suatu daerah, data jaringan jalan, dat vegetasi dan sebagainya. Arcview merupakan salah
satu perangkat lunak GIS yang populer dan paling banyak digunakan untuk mengelola
data spasial (Rahman, 2007).
Sistem informasi
adalah entity (kesatuan) formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik
maupun logika. Robert A Leitch dan K. Roscoe Davis mendefinisikan
sistem informasi sebagai berikut: Sistem Informasi adalah suatu
sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi
dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan
laporan-laporan yang diperlukan. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan
suatu dunia nyata yang dapat direpresentasikan di atas monitor komputer.
Sebagaimana halnya sebuah lukisan di atas sehelai kertas dapat merepresentasikan
sesosok manusia. Akan tetapi SIG mempunyai kemampuan lebih dan fleksibel
dibandingkan dengan lukisan di atas kertas ataupun lembaran-lembaran peta. Pada masa sekarang,
saat segala sesuatu di dunia ini berkembang dengan sedemikian pesatnya,
informasi memegang
peranan yang sangat penting di berbagai kalangan masyarakat. Dalam hal ini,
informasi menjadi sebuah pijakan atau dasar bagi seseorang untuk melakukan
suatu tindakan atau membuat sebuah keputusan. SIG menghubungkan
sekumpulan unsurunsur peta dengan atribut-atributnya di dalam satuan-satuan
yang disebut layer. Sungai, bangunan, jalan, laut, batas-batas
administrasi, perkebunan, dan hutan merupakan contoh-contoh layer.
Kumpulan dari layer-layer ini akan membentuk basis data SIG (Puspita, 2010).
BAB III
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Salah
satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di
laut utara Pasific (Gambar 1). Disini terlihat bahwa dua database
(satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial
analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data
yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat
konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan
eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena
berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk
ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat
produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan;
sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah
yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan
dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin
mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada
peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang
dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas
menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan (Agus, 2009)
Gambar 1 memberi informasi bahwa ikan tuna
tertangkap dalam jumlah yang besar (terkonsentrasi) pada posisi sekitar 35oLU
dan 160oBT bersesuaian dengan kondisi SST sekitar 20oC dan berassosiasi dengan
tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3. Konsentrasi ikan tersebut berada pada
posisi positif anomaly permukaan laut (warna merah) yang bertepatan dengan
kondisi EKE yang relatif lebih tinggi. Dari Gambar itu terlihat bahwa prediksi
hasil tangkapan dengan peluang yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat
hotspot) juga menkonfirmasi daerah produktif tersebut. Setiap spesies ikan
mempunyai karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri dan cenderung menempati
daerah tertentu yang bisa dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan pendekatan
SIG dan inderaja multi-layer tersebut.
Gambar 1. Aplikasi SIG dan inderaja dalam kegiatan
penangkapan ikan tuna pada bulan November 2000 (resolusi semua layer citra = 9
Km) (Zainuddin, 2006).
Contoh lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido, Jepang
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai
informasi spasial yang bisa kita pahami tentang perikanan tangkap di sekitar
pulau tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Disni peta SIG menggambarkan
dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing ground (daerah penangkapan) dan
pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia. Dari
informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil
tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur
migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan Juni dan
kembali ke selatan pada bulan November.
Gambar 2. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi dan
jumlah kapal dan hasil tangkapannya di sekitar pulau Hokkaido, Jepang pada
bulan Juni (kiri) dan November (kanan).
Dunia
kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak
kecuali dasar lautan. Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini,
terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi
untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya
perikanan yang sangat besar juga. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam
eksploitasi sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan
sumber daya ikan yang ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi
Geografis untuk perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan
suatu tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di
wilayah indonesia yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang
mendukung tempat hidup dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan (Kusyanto, 2001).
Setiap jenis
ikan mempunyai suatu kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk kenyaman
hidupnya, namanya juga mahluk hidup. Kriteria-kriteria lingkungan tersebut
adalah seperti suhu, makanan (chlorophyl-a), salinitas, pertemuan masa air
(eddy), upwelling, dll. Keadaan lingkungan yang merupakan syarat kebahagian
hidup bagi ikan2 tersebut merupakan suatu sebaran spasial yang dapat di olah
dengan Sistem Informasi Geografi (Subani dan Barus, 1988).
Data-data lokasi
pendaratan kapal penagkapan, batas pantai bisa diperoleh dari survei lapangan
dan peta dasar wilayah. Sistem informasi geografi merupakan suatu interaksi
antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi geografi. Keunggulan
SIG ini dapat dijadikan masukan berharga bagi para nelayan atau pengusaha
perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi penangkapan ikan. Dengan bantuan data SST, klorofil, PAR (Photosintesis
Actibe Radiation) dll bulanan dalam beberapa tahun yang diperoleh dari PJ dan
dianalisis dengan SIG akan memberikan tampilan secara geografis kencendrungan
seberan dari faktor2 lingkungan yang disukai oleh ikan yang akhirnya memberikan
gambaran daerah perkiraan penangkapan ikan. SIG perikanan lebih sering bermain
dengan bentuk data raster. Data-data SST, klorofil
dll tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster (Bengen, 2002).
Data raster
mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya berinteraksi
dengan data atribut. Data bentuk raster membutuhkan tempat penyimpanan yang
sangat besar sehingga boros hardisk, data raster juga merupakan data angka per
pixel sehingga tidak bisa di gabung dengan data tabel, keadaan ini terjadi
apabila data raster tersebut bersifat degradasi. Untuk bisa menggabungkannya
dengan data tabel harus di reklasifikasi terlebih dahulu, sehingga membentuk
ID2. Interkasi data atribut dengan data spasial sangat berguna pada lokasi
pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang hasil penagkapan ikan
akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar dan informasi tentang
pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi pendaratan kapal. Pengembangan
SIG untuk kelautan mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar
perkembangan SIG adalah untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan
(land-based sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan
3D, sedangkan SIG sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik
pada daerah2 yg luas (Subandar, 2009).
BAB IV
STUDI KASUS
4.1. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Zonasi Jalur Penangkapan Ikan Diperairan Kalimantan Barat
Jalur
Penangkapan Ikan Berdasarkan Kepmentan No. 392 Tahun 1999.
Peta
Modifikasi Jalur Penangkapan Ikan Berdasarkan Kepmentan No. 392 Tahun 1999
4.2. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan
Daerah Pengoperasian
Alat Tangkap Gombang Di Perairan Selat Bengkalis
4.3. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Kesesuaian Kawasan Keramba Jaring
Tancap Dan Rumput Laut
Kesesuaian
kawasan KJT dan rumput laut di perairan Pulau Tiga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Keuntungan penggunaan SIG dalam bidang perikanan dan kelautan antara lain
meminimalisir usaha penangkapan
dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan
tenaga nelayan, dan mengetahui area dimana ikan bisa
tertangkap dalam jumlah yang besar
2. SIG adalah Salah satu alternatif yang menawarkan solusi
terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja)
kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang
mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara
berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
3. Data yang di perlukan dalam pembuatan data output, dapat di
ambil tanpa pengambilan langsung ke lapangan.
4. SIG sangat membantu terutama dalam bidang perikanan dan
kelautan, sehingga konservasi dan penghematan waktu didalam survey sangatlah
minim di banding secara manual.
Saran
Sebaiknya data input yang digunakan adalah data yang
terbaik dan lengkap, agar mendapatkan data yang bagus. Karena hasil output
data, sangat dipengaruhi oleh input data yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, A. 2008.
Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan
Aplikasinya. http://rekayasasipil.ub.ac.id
(Diakses pada tanggal 2 April 2013).
Bengen.
D.G., 2002. Pengelolaan Wilayah
Pesisir Secara Terpadu Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.
Budiyanto, E. 2009. Arc View GIS. Abdi Karya, Yogyakarta.
Puspita,
Y. 2010. Penggunaan ArcView GIS 3.3 Pada
Perancangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Sekolah Di Wilayah Bogor.
http://gunadarma.ac.id
(Diakses pada
tanggal 2 April 2013).
Rachman,
2008. Pengolahan Data Spasial Reklame
Menggunakan ArcView. http://bpdasctw.info
(Diakses pada tanggal
2 April 2013).
Rachmawati,
2010. Aplikasi SIG Untuk Evaluasi Sistem
Jaringan Drainase. http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi
(Diakses pada
tanggal 2 April 2013).
Sandra,
2003. Sistem Informasi Geografis (SIG). http://reportsitory.Unhas.ac.id (Diakses pada tanggal 2 April 2013).
Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep Dasar
Sistem Informasi Geografis. Informatika.
Bandung.
334 hal.
Sari, T. E. Y. 2002. Pengembangan Sistem
Informasi Perikanan di Perairan Bengkalis, Propinsi
Riau. Jurnal Terubuk. 29 (1). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 22 – 30.
Subani, W dan H. R. Barus. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang
Laut di Indonesia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta
247 hal.
Subandar,
A. 1999. Potensi Teknik Evaluasi
Multi Kriteria Dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Hidup. Jurnal Sains dan Teknologi. Indonesia
Vol 1 No. 5. Hal 70-80.
Syofyan, I. 2005. Pengaruh Pengoperasian
Gombang Terhadap Komunitas Ikan dan Udang
di Selat Bengkalis. Jurnal Terubuk. 34 (2). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau. Pekanbaru. 42 – 50.