Kamis, 11 April 2013

APLIKASI SIG DALAM BIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN (ASLI)


Makalah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan




APLIKASI SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFI) DALAM BIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN



Dosen Mata Kuliah
Ir. Rusdi Leidonald, M.Sc
Zulham Apandy, S.Kel, M.Si


Oleh:

JOSEPHIN S.S.PANJAITAN
110302055




MATA KULIAH SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN


2013



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang
Sistem Informasi Geografis yang terdiri dari perangkat lunak, perangkat keras, maupun aplikasi-aplikasinya, telah dikenal secara luas sebagai alat bantu (proses) pengambilan keputusan. Sebagian besar institusi pemerintah, swasta, akademis maupun non akademis juga individu yang memerlukan informasi yang berbasiskan data spasial telah mengenal dan menggunakan sistem ini. Perkembangan ini diikuti oleh membanjirnya produk teknologi SIG di pasar-pasar Indonesia, demikian cepat arus datangnya produk-produk teknologi sistem informasi yang multi-disiplin ini sudah sepatutnya juga diikuti pula dengan kemampuan dalam memahami pengertian sistem, data dan informasi, sistem informasi, sistem informasi geografis agar bisa mengimbangi kecepatan perkembangan teknologinya (Aini, 2008).
            Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah system yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data sapsial, perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi (Prahasta, 2002).
            Salah satu upaya yang telah ditempuh pemerintah dalam menghindari terjadinya konflik pemanfaatan adalah dengan mengendalikan perkembangan kegiatan penangkapan ikan melalui penerapan zonasi Jalur Penangkapan Ikan di laut, berdasarkan Kepmentan No. 392 tahun 1999 yang isinya antara lain mengatur pembagian daerah penangkapan ikan dan penentuan jenis, ukuran kapal, dan alat penangkapan ikan yang dilarang dan diperbolehkan penggunaannya. Zonasi merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir (Supriharyono, 2000).

             Perencanaan kota merupakan sesuatu yang tidak sederhana, karena di dalamnya akan menyangkut berbagai kepentingan yang bertujuan untuk memperlancar kehidupan kota. Perencanaan tersebut memerlukan suatu analisis yang cukup tepat baik dari segi teknis maupun social yang menyangkut hidup orang banyak. Sistem Jaringan Drainase perkotaan dapat juga memanfaatkan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini, salah satu sistem informasi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS) yaitu suatu sistem informasi yang didesain untuk bekerja dengan data yang berrefensi pada spatial atau koordinat geografis. (Rachmawati, 2010).
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya (Sandra, 2003).

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
·      Untuk mengetahui aplikasi SIG dalam bidang perikanan dan kelautan.
·      Untuk mengetahui manfaat SIG dalam bidang perikanan dan kelautan.
·      Untuk mengetahui cara penggunaan program SIG dalam bidang perikanan dan kelautan.

Manfaat Penulisan Makalah
        Manfaat penulisan makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.


                                                                       
                                                                          BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  
Perangkat lunak ArcView sudah tidak dikembangkan lagi oleh ESRI dan untuk selanjutnya digantikan oleh ArcGIS sebagai penerusnya. Namun masih banyak praktisi Sistem Informasi Geografis yang masih menggunakan ArcView ,salah satunya adalah ArcView 3.3, sebagai perangkat lunak utama dalam pekerjaan spasialnya. Kendala muncul seiring dengan perkembangan sistem operasi Windows yang telah sampai pada Windows 7. Banyak orang mulai beralih menggunakan Windows 7 sebagai sistem operasi utama pada perangkat komputernya. Kendala pada metode instalasi ArcView GIS versi 3.3 di Windows 7 ini adalah tidak tersedianya start menu yang memudahkan menjalankan aplikasi. Namun dapat diatasi dengan melakukan proses instalasi ulang dengan cara biasa. Sehingga file instalasi akan menimpa file hasil copyan (Syofyan, 2005).
Sistem Jaringan Drainase perkotaan dapat juga memanfaatkan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini, salah satu sistem informasi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS) yaitu suatu sistem informasi yang didesain untuk bekerja dengan data yang berrefensi pada spatial atau koordinat geografis. Perubahan penggunaan dan penutupan lahan, yang merupakan fungsi ruang dan waktu, serta penyebab terjadinya banjir ini dapat dipresentasikan lebih baik dalam data digital yang berstruktur data Sistem Informasi Geografis. Untuk keperluan rencana system drainase, data hidrologi yang sangat diperlukan adalah data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan daerah kajian. Data ini harus dikumpulkan dengan jangka waktu cukup panjang yang diambil dari beberapa stasiun penakar hujan di daerah kajian studi. Dengan data pengamatan pada masing–masing stasiun penakar hujan tersebut diambil curah hujan rerata masing–masing daerah. Dalam perhitungan curah hujan rancangan maksimum digunakan analisis frekuensi yang sesuai dengan data–data yang diperoleh. Untuk mengetahui kebenar-an dari analisis frekuensi yang digunakan, maka diperlukan uji kecocokan distribusi frekuensi (Rachmawati, 2010).
Terdapat dua jenis data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat digunakan untuk mempresentasikan atau memodelkan fenomena yang terdapat didunia nyata, yaitu :
1.    Data Spasial yaitu Jenis data yang mempresentasikan aspek-aspek keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Jenis data ini sering disebut sebagai data-data posisi, koordinat, ruang.
2.     Data Atribut atau data non spasial yaitu jenis data yang mempresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan. Aspek deskriptif ini mencakup item-item atau properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi waktunya.
Kombinasi yang tepat diantara ke-4 komponen tersebut akan menentukan kesuksesan suatu proyek SIG. Sumber data untuk SIG bisa berasal dari data citra, data lapangan, survey, peta dan GPS. Dengan menggunakan software tertentu (ArcView, ArcInfo, MapInfo, dst) .Titik, garis, atau polygon tersebut disebut bentuk dasar obyek (Sari, 2002).
Sistem Informasi Geografi adalah system berbasis computer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. Sistem informasi geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan serta menganalisis objek-objek serta fenomena-fenomena yang mengetengahkan lokasi geografis sebagai karakteristik yang penting atau krisis untuk di analisis. Dengan demikian system informasi geografis merupakan system computer yang memiliki empat kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografis , yaitu: masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan dan pengambilan data), serta analisis dan manipulasi data (Sandra, 2003).
Suatu system adalah suatujaringan kerja dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.Sistem itu sendiri memiliki karakteristik atau beberapa sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen, batas system, lingkungan luar system, penghubung, masukan, keluaran, pengolah, dan sasaran suatu tujuan. Data adalah presentasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya (Rachman, 2008).
GIS (Geographic Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan, dat vegetasi dan sebagainya. Arcview merupakan salah satu perangkat lunak GIS yang populer dan paling banyak digunakan untuk mengelola data spasial (Rahman, 2007).
Sistem informasi adalah entity (kesatuan) formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik maupun logika. Robert A Leitch dan K. Roscoe Davis mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut: Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu dunia nyata yang dapat direpresentasikan di atas monitor komputer. Sebagaimana halnya sebuah lukisan di atas sehelai kertas dapat merepresentasikan sesosok manusia. Akan tetapi SIG mempunyai kemampuan lebih dan fleksibel dibandingkan dengan lukisan di atas kertas ataupun lembaran-lembaran peta. Pada masa sekarang, saat segala sesuatu di dunia ini berkembang dengan sedemikian pesatnya, informasi memegang peranan yang sangat penting di berbagai kalangan masyarakat. Dalam hal ini, informasi menjadi sebuah pijakan atau dasar bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau membuat sebuah keputusan. SIG menghubungkan sekumpulan unsurunsur peta dengan atribut-atributnya di dalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai, bangunan, jalan, laut, batas-batas administrasi, perkebunan, dan hutan merupakan contoh-contoh layer. Kumpulan dari layer-layer ini akan membentuk basis data SIG (Puspita, 2010).




                                                                 BAB III
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Salah satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di laut utara Pasific (Gambar 1).  Disini terlihat bahwa dua database (satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan (Agus, 2009)
Gambar 1 memberi informasi bahwa ikan tuna tertangkap dalam jumlah yang besar (terkonsentrasi) pada posisi sekitar 35oLU dan 160oBT bersesuaian dengan kondisi SST sekitar 20oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3. Konsentrasi ikan tersebut berada pada posisi positif anomaly permukaan laut (warna merah) yang bertepatan dengan kondisi EKE yang relatif lebih tinggi. Dari Gambar itu terlihat bahwa prediksi hasil tangkapan dengan peluang yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat hotspot) juga menkonfirmasi daerah produktif tersebut. Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri dan cenderung menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan pendekatan SIG dan inderaja multi-layer tersebut.


Gambar 1. Aplikasi SIG dan inderaja dalam kegiatan penangkapan ikan tuna pada bulan November 2000 (resolusi semua layer citra = 9 Km) (Zainuddin, 2006).
Contoh lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido, Jepang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai informasi spasial yang bisa kita pahami tentang perikanan tangkap di sekitar pulau tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Disni peta SIG menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia. Dari informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan Juni dan kembali ke selatan pada bulan November.



Gambar 2. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi dan jumlah kapal dan hasil tangkapannya di sekitar pulau Hokkaido, Jepang pada bulan Juni (kiri) dan November (kanan).
            Dunia kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak kecuali dasar lautan. Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini, terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan. Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar juga. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya ikan yang ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi Geografis untuk perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan suatu tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di wilayah indonesia yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan (Kusyanto, 2001).
Setiap jenis ikan mempunyai suatu kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk kenyaman hidupnya, namanya juga mahluk hidup. Kriteria-kriteria lingkungan tersebut adalah seperti suhu, makanan (chlorophyl-a), salinitas, pertemuan masa air (eddy), upwelling, dll. Keadaan lingkungan yang merupakan syarat kebahagian hidup bagi ikan2 tersebut merupakan suatu sebaran spasial yang dapat di olah dengan Sistem Informasi Geografi (Subani dan Barus, 1988).
Data-data lokasi pendaratan kapal penagkapan, batas pantai bisa diperoleh dari survei lapangan dan peta dasar wilayah. Sistem informasi geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan berharga bagi para nelayan atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi penangkapan ikan. Dengan bantuan data SST, klorofil, PAR (Photosintesis Actibe Radiation) dll bulanan dalam beberapa tahun yang diperoleh dari PJ dan dianalisis dengan SIG akan memberikan tampilan secara geografis kencendrungan seberan dari faktor2 lingkungan yang disukai oleh ikan yang akhirnya memberikan gambaran daerah perkiraan penangkapan ikan. SIG perikanan lebih sering bermain dengan bentuk data raster. Data-data SST, klorofil dll tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster (Bengen, 2002).
Data raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya berinteraksi dengan data atribut. Data bentuk raster membutuhkan tempat penyimpanan yang sangat besar sehingga boros hardisk, data raster juga merupakan data angka per pixel sehingga tidak bisa di gabung dengan data tabel, keadaan ini terjadi apabila data raster tersebut bersifat degradasi. Untuk bisa menggabungkannya dengan data tabel harus di reklasifikasi terlebih dahulu, sehingga membentuk ID2. Interkasi data atribut dengan data spasial sangat berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi pendaratan kapal. Pengembangan SIG untuk kelautan mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG adalah untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan (land-based sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan 3D, sedangkan SIG sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah2 yg luas (Subandar, 2009).


                                                              BAB IV
STUDI KASUS


4.1. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Zonasi Jalur Penangkapan Ikan Diperairan Kalimantan Barat




Jalur Penangkapan Ikan Berdasarkan Kepmentan No. 392 Tahun 1999.


Peta Modifikasi Jalur Penangkapan Ikan Berdasarkan Kepmentan No. 392 Tahun 1999

4.2. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Daerah Pengoperasian Alat Tangkap Gombang Di Perairan Selat Bengkalis



4.3. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Kesesuaian Kawasan Keramba Jaring Tancap Dan Rumput Laut


Kesesuaian kawasan KJT dan rumput laut di perairan Pulau Tiga



                                                           BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Keuntungan penggunaan SIG dalam bidang perikanan dan kelautan antara lain meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan, dan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar
2.  SIG adalah Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
3. Data yang di perlukan dalam pembuatan data output, dapat di ambil tanpa pengambilan langsung ke lapangan.
4. SIG sangat membantu terutama dalam bidang perikanan dan kelautan, sehingga konservasi dan penghematan waktu didalam survey sangatlah minim di banding secara manual.

Saran
          Sebaiknya data input yang digunakan adalah data yang terbaik dan lengkap, agar mendapatkan data yang bagus. Karena hasil output data, sangat dipengaruhi oleh input data yang digunakan.


         
                                                             DAFTAR PUSTAKA


Aini, A. 2008. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya. http://rekayasasipil.ub.ac.id (Diakses pada tanggal 2 April 2013).

Bengen. D.G., 2002. Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

Budiyanto, E. 2009. Arc View GIS. Abdi Karya, Yogyakarta.

Puspita, Y. 2010. Penggunaan ArcView GIS 3.3 Pada Perancangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Sekolah Di Wilayah Bogor. http://gunadarma.ac.id (Diakses pada tanggal 2 April 2013).

Rachman, 2008. Pengolahan Data Spasial Reklame Menggunakan ArcView. http://bpdasctw.info (Diakses pada tanggal 2 April 2013).

Rachmawati, 2010. Aplikasi SIG Untuk Evaluasi Sistem Jaringan Drainase. http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi (Diakses pada tanggal 2 April 2013).

Sandra, 2003. Sistem Informasi Geografis (SIG). http://reportsitory.Unhas.ac.id (Diakses pada tanggal 2 April 2013).

Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika.
Bandung. 334 hal.

Sari, T. E. Y. 2002. Pengembangan Sistem Informasi Perikanan di Perairan Bengkalis, Propinsi Riau. Jurnal Terubuk. 29 (1). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 22 – 30.

Subani, W dan H. R. Barus. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta 247 hal.

Subandar, A. 1999. Potensi Teknik Evaluasi Multi Kriteria Dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Jurnal Sains dan Teknologi. Indonesia Vol 1 No. 5. Hal 70-80.

Syofyan, I. 2005. Pengaruh Pengoperasian Gombang Terhadap Komunitas Ikan dan Udang di Selat Bengkalis. Jurnal Terubuk. 34 (2). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 42 – 50.